Selasa, 17 Juni 2014

Membentur Keangkeran Air Terjun Winosirang

oleh

Iswan Sual


     Berkunjung ke air terjun adalah pilihan jalan-jalan yang menarik dan menantang. Tak kalah dari mendaki gunung atau menyusur gua. Berkunjung ke air terjun merupakan rangkaian kegiatan susur sungai juga. Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya berkunjung ke air terjun tertinggi di bagian selatan Minahasa. Air terjun Winosirang terletak di antara dua desa yang ada di kecamatan Motoling Barat, yakni desa Tondei dan Toyopon. Dusun terdekat adalah dusun Pelita. Jaraknya kurang lebih 1 km.
   Saya senang sekali mendapat kesempatan berkunjung ke tempat yang dikatakan orang angker itu. Gara-gara, konon, setiap tahun meminta tumbal atau korban manusia. Anda percaya? Terserah. Kami termasuk orang yang tidak percaya. Makanya, kami berani mengambil resiko pergi dan melihat langsung tempat itu. Saya pergi bersama rombongan Komunitas Pecinta Alam Tumondei pimpinan Jufri Mogogibung dan Aldy Kumajas. Kira-kira jam 11 pagi perjalanan kami dimulai. Jalanan tidak sulit. Kami melewati perkebunan Ta'be dan Neang. Setengah perjalanan jalan yang sudah melewati tahap pengerasan. Setengah lainnya adalah pinggiran sungai. Beberapa kali kami harus memotong sungai.
    Hari pertama (14 Juni 2014) kami tersesat alias tidak sampai tujuan. Kami mengira sungai yang kami temui sesudah sungai Neang adalah sungai dari air terjun Winosirang. Kecurigaan kami bahwa rute kami salah nanti pasti menjelang malam. Kami pun mendirikan tenda dan beristirahat semalam di pinggiran sungai itu. Namun, meski berada di tempat yang salah, kami tidak mengeluh. Sebab, sungai itu pun indah, bersih dan menyejukkan hati. Besoknya, hari kedua (15 Juni 2014), pagi-pagi sekali, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Kami kembali menyusuri sungai dan tiba di persimpangan dua sungai. Lalu, kami mengikuti aliran sungai Neang. Kami, akhirnya, bertemu dengan sungai lain. Lebih besar dari sungai yang kami susuri hari sebelumnya. Dan kami yakin bahwa itu sungai air terjun Winosirang. Butuh waktu dua jam untuk tiba di tempat itu bila rutenya benar.
Air terjun Winosirang, dekat ro'ong Tondei Kecamatan Motoling Barat

Aku dengan latar air terjun Winosirang

Para pemuda dari Komunitas Pecinta Alam Tumondei (KPAT)
    Tak bisa digambarkan betapa senangnya kami menemukan Winorsirang. Air terjun yang masih bersih dan tertinggi. Tambah lagi, di tempat itu pula kami menemukan kembali teman kami yang sempat hilang di hari kemarin. Hari itu, kami melaksanakan kegiatan sebagaimana direncanakan. Dalam perjalanan pulang, bahkan hingga sekarang, cerita indah dan elok tentang tempat itu masih membayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar