oleh Iswan Sual
Model kalie |
Ada yang
lain dengan rasa rindu pulang kampungku kali ini. Biasanya rasa ingin pulang muncul disebabkan
rasa lemelo (kangen) pada orang tua
dan sanak saudara. Mar, kali ini lantaran
digelarnya sebuah pertandingan Kalie (kaliye)
antar klub di desa Tondei raya (Baca: Tondei, Tondei Satu dan Tondei Dua).
Sebenarnya permainan Kalie ini bukan
sesuatu yang baru. Kami, sewaktu masih bocah, kerap memainkannya. Permainan ini
biasanya dilaksanakan saat musim kemarau atau kala curah hujan tidak begitu
banyak. Terang, kami membutuhkan lapangan luas dan cuaca yang bagus. Waktu itu
sudah cukup lama. Tapi terasa masih segar dalam ingatan, istilah-istilah
seperti: permentek (papetic), kaliber,
ferlak, macet, puntel, lef, ces, dll. Permentek adalah alat pemukul.
Kaliber adalah pukulan pertama dari setiap pemain yang langsung mengenai
sasaran (kalie) yang tertancap pada tanah. Point yang diberikan untuk kaliber
adalah 500. Pukulan kedua biasanya
dinilai dengan angka 100. Ferlak
adalah pukulan kedua atau selanjutnya dalam satu putaran giliran yang dilakukan
dari garis pukul. Macet adalah dimana kesempatan memukul terakhir sudah
digunakan namun gagal mengenai sasaran. Puntel adalah pukulan yang menyebabkan
kalie mengenai kaki (tulang kering) orang lain. Biasanya penonton. Untuk istilah
lef saya lupa penjelasannya. Sedangkan
ces adalah cara mengundi kelompok
yang akan bermain lebih dulu. Biasanya dua orang dari kelompok berlawanan akan
melakukan tos kalie di udara, lalu membiarkannya jatuh ke tanah. Kelompok atau
tim pemilik kalie yang terbuka adalah
tim yang pertama bermain.
barekeng poin |
Seperti kataku
tadi, permainan ini sejatinya biasa saja. Yang membuatnya luar biasa tahun ini
adalah ketika generasi muda, melalui Kerukunan Siswa Mahasiswa Tondei, mengemas
kegiatan tersebut dalam bentuk lomba yang “serius” layaknya pertandingan sepak
bola atau kegiatan olahraga dan kesenian lainnya dimana ada yang peraturan yang baku, sistem yang jelas
dan kepanitiaan yang kompak. Saat aku berkunjung ke area pertandingan, aku
melihat panitia bekerja dengan serius dan penuh wibawa. Ini membuat animo warga
masyarakat (usia belia hingga dewasa) menjadi tinggi. Sehingga tak terdengar
sedikit cibiran yang mau mengecilkan penyelenggaraan kegiatan ini. Peralatannya
sangat sederhana, hanya cangkang atau tempurung kelapa dan sebilah bambu. Yang membuat permainan menjadi menarik adalah skill atau keterampilan seseorang dalam memainkan
Kalie itu. Seorang pemain yang handal
adalah pemain yang memiliki ketepatan dalam mengukur pukulan dan pencapaian. Diperlukan
konsentrasi yang tinggi untuk bisa menjadi seorang jagoan kalie. Bila bermain dengan ditonton beberapa orang tentu
rasa gugup taklah ada. Sangat berbeda ketika ratusan pasang mata memperhatikan
gaya, keseriusan dan keterampilan kita dalam bermain. Ini ujian terbesar
seorang pemain kalie.
Sabtu, 3
Mei, kira-kira jam 3.30 saya tiba di desa kami, Tondei. Tanpa berlama di rumah
saya bersama keponakan langsung bergegas menuju lokasi pelaksanaan kegiatan. Aku
nyaris tak percaya dengan jumlah penonton yang aku lihat. Juga respon mereka terhadap
kegiatan itu. Besoknya, 4 Mei, aku pergi lagi menjadi penonton. Meskipun matahari
begitu terik. Semangat warga tak luntur demi menyaksikan pertandingan finalnya.
Terdengar teriakan gemes, gembira dan juga sedih tatkala para pemainya berhasil
atau gagal mengenai kalie lawan.
baser tu kalie di muka |
Ingin saya
pula turut bermain. Tapi pikiran berkata tidak. Kami harus kembali. Dipanggil oleh
tuntutan pekerjaan yang menumpuk. Mungkin di lain waktu. Semoga saja, kegiatan
ini akan terus berlanjut.
Slots & Video Poker - Dr. MD
BalasHapusAt Dr. 순천 출장안마 Maryland, the 동두천 출장마사지 ultimate destination for 정읍 출장마사지 video poker, live casino and sports betting, you can't get better 경기도 출장샵 than at Dr. Maryland. Explore our 룰렛 games,